Tampilkan postingan dengan label cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 Maret 2010

AJAIB! Terjun dari 10.000 kaki Dengan Parasut Terpilin Tetap Selamat

Pameo yang mengatakan “nyawa ada di tangan Tuhan” sekonyong-konyong mengiringi hidup seorang peterjun bernama Paul Lewis. Betapa pun sebuah kejadian dramastis telah meregang nyawanya terjun dari ketinggian 10.000 kaki dengan payung tak mengembang sempurna dan jatuh di atap hanggar dengan kecepatan 120 mil per jam. Secara luar biasa, ia bisa lolos dari maut tanpa cedera serius.



Keajaiban sekaligus drama mengerikan ini terjadi pada Jum’at sore, 14 Agustus 2009, sekitar pukul 15.00 di areal Lapangan Terbang Tilstock, Whitchurch, Shropsire, Inggris. Hari itu, Lewis, 40 tahun, tengah bekerja sambilan sebagai peterjun cameraman untuk mengabadikan Haf Pugh, 20 tahun, yang akan menjajal terjun tandem untuk pertama kali.

Lewis yang pada dasarnya peterjun kawakan menghibur Pugh yang sudah terikat dengan temali kuat ke dada Martin Wilshaw, sang tandem master. Agar berani ‘menantang’ maut. Tak terbayangkan, justru Lewis lah yang harus ‘berurusan’ dengan maut, hari itu.

Di ketinggian 10.000 kaki (sekitar 3.300 m), setelah pilot Gippsland Airvan yang membawa mereka terbang memberi kode, Lewis terlebih dahulu melompat dari pesawat. Setelah itu, beberapa detik kemudian, Menyusul Martin dan Pugh. Pandangan Lewis terus tertuju ke pintu pesawat. Karena, memang hanya dengan cara itulah, lensa kamera akan mengabadikan saat-saat penting bagi Pugh.

Pada ketinggian 5.500 kaki, Martin lalu menarik pin dan mengeluarkan payungnya. Parasut warna biru terang Techno 128 buatan Perancis itu pun mengembang indah. Martin dan Pugh pun tersentak naik. Sejurus kemudian Martin lalu memberi kode kepada Lewis untuk melakukan hal yang sama.

Tetapi Lewis masih ingin menikmati freefall-nya. “Saya masih meluncur 8-10 detik. Baru pada ketinggian 3.600 kaki, payung utama saya keluarkan. Tapi sesuatu telah terjadi. Tali parasut terpilin dan saya masuk spin. Saat itu saya masih bisa berpikir jernih. Payung segera saya putus (cut-away),” kisah Lewis.

Beberapa detik kemudian, payung cadangan dikeluarkan. Saat itu ketinggian sudah tinggal 2.900 kaki. Namun, kesialan tak bisa ditolak. Payung kedua pun mengalami twist alias terpilin. Beberapa teman Lewis yang saat itu berada di luar hanggar langsung menyatukan pandangannya ke atas mereka sangat cemas dan berharap ada keajaiban bagi sejawatnya yang periang itu.
Spin kedua, tak ayal membuat kepala Lewis pusing tujuh keliling. Tubuhnya seolah diputar paksa di udara. Darah pun seperti dipompa ke kaki. Kakinya spontan terasa berat dan kesemutan, sementara bagian tubuh lainnya seperti terbetot.

“Satu-satunya yang kuingat, yakni di ketinggian 2.400 kaki, hidupku serasa akan segera berakhir. Semua terasa gelap dan kesadaranku pun hilang,” kenangnya. Begitu pun, pada detik-detik terakhir, Lewis yang sehari-hari bekerja sebagai petugas sinyal kereta api, masih berusaha melepas parasutnya. Oleh karena koordinasi di seluruh bagian tubuhnya terganggu dan melemah, upaya ini pun tak bisa langsung dilakukan. Butuh waktu sekitar 15 detik.

Meski mengalami black-out, namun kamera yang terpasang di kepalanya bisa menceritakan ‘horor’ selama 15 detik itu. Dari video ini, dapat diketahui bahwa dalam keadaan tidak sadar, ia toh masih beberapa kali melihat ke bawah. Dalam video rekaman, ia sempat melihat atap hanggar tempat ia akan mendarat, nantinya.

Tidak sampai semenit, tubuh Paul Lewis sudah menghujam ke atap hanggar, menimbulkan bunyi yang memilukan. Lewis jatuh dengan posisi terlentang. Atap hanggar yang terbuat dari lempeng metal sampai penyok dan lucunya Paul Lewis sendiri mengatakan bahwa dia tak merasakan sakit dan tak merasakan benturan sama sekali.

Petugas pemadam kebakaran lalu berusaha mengevakuasinya dengan hati-hati. Mereka tak ingin kesalahan mengangkat membuat kerusakan tubuh Lewis semakin parah. Butuh dua jam untuk mengangkat dan memindahkan Lewis ke dalam ambulan. Setelah itu sang peterjun segera dilarikan ke Rumah Sakit Universitas Hospital of North Staffordshire.

Dokter yang merawatnya mengatakan bahwa kejadian yang dialami Paul Lewis adalah sebuah keajaiban, ia hanya mengalami cedera leher dan tidak ada patah tulang sama sekali.

Dua minggu atau tepatnya pada 30 Agustus 2009, Paul sudah bercanda kembali di rumah orang tuanya, di Prees, Shropshire. Ia pun kemudian memperlihatkan rekaman video 15 detik terakhir yang mengerikan itu kepada orang tua nya. Setelah kejadian ini Paul Lewis mengatakan bahwa ia tidak ingin lagi mencoba keberuntungan sebagai peterjun dan akan menjual parasut serta peralatan kameranya.

Detik-detik kejadian


Saat di ketinggian 10.000 kaki Paul mulai memfilmkan Pugh yang terikat pada sang tandem master di pintu pesawat....


Saat di ketinggian 2.900 kaki Paul mulai mengalami spin ketika parasut cadangannya terpilin.....


Saat di ketinggian 2.400 kaki Paul yang mulai hilang kesadaran jatuh menuju atap hanggar....


Akhirnya Paul mendarat tepat di atap hanggar.....


Petugas pemadam kebakaran berusaha menurunkan tubuh Paul dengan hati-hati.....


Setelah berhasil diturunkan dari atap hanggar kemudian Paul dibawa ke rumah sakit terdekat....


Saat Paul dirawat di rumah sakit dan ajaibnya ia hanya menderita cidera leher, beberapa memar, dan luka di tangan.....

Kisah Awal Hidup Doraemon gan!! Ternyata warna aslinya bukan biru!! Cekidot!!

Semua pasti udah pada tau endingnya doraemon kan??
Tapi kalo kisah awal hidupny belum pada tau kan gan??
Ane mau share kisah kelahiran dan awal hidup doraemon gan. Cekidot ya

Quote:


Doraemon adalah sebuah robot kucing yang dibuat pada tanggal 3 September 2112.Produksi massal berbagai macam tipe robot terjadi pada abad ke 22. Di sebuah pabrik yang tidak jauh dari Tokyo, diproduksilah robot-robot kucing.
Quote:


Karena sebuah kecelakaan, Doraemon kurang 1 sekrup dibanding robot kucing lainnya dan menjadi barang kelas dua.Selama proses produksi, kesalahan terjadi pada salah satu robot.
Quote:


Walau Doraemon tidak begitu baik dalam study-nya. Robot ini lalu dikirim ke Akademi Robot untuk dilatih sebagai robot rumah tangga.
Quote:


Dia bisa lulus juga pada akhirnya.Tetapi, tidak semuanya berjalan mulus bagi Doraemon. Doraemon gagal dalam semua ujiannya. (Perhatikan angka 0 pada kertas ulangannya!!) Ternyata sama aja sama Nobita ya gan
Quote:


Dan menjadi pengasuh dari keturunan Nobita.
Akibatnya, Doraemon dilelang dan ditawar oleh sebuah keluarga miskin. Dia harus bekerja sebagai babysitter.
Quote:


Pada suatu hari, ketika Doraemon sedang tidur siang, kupingnya digigit oleh seekor tikus robot.
Pada suatu hari, saat Doraemon sedang asyik tidur siang, sebuah robot tikus menggigit kedua daun telinganya.
(Catatan: Sumber lain mengatakan bahwa robot tikus tersebut merupakan milik Sewashi, cicitnya Nobita).
Quote:


Musibah ini membuat Doraemon sangat sedih dan menangis selama 10 hari.
Doraemon menangis…. dan terus menangis…
Quote:


Air mata membuat warna aslinya yang kuning terang menjadi luntur…
Air matanya menghapus warna tubuhnya… Sehingga jadi biru seperti yang kita tahu sekarang
sumber : kaskus.us

Kamis, 28 Januari 2010

BOCAH KULIT PUTIH BADAN GEMUK 5 Tahun Dipasung | Cerita Sedih Hidup Dalam Pasungan

BOCAH KULIT PUTIH BADAN GEMUK 5 Tahun Dipasung | Cerita Sedih Hidup Dalam Pasungan. Malang nian nasib Chaerul Ihsan. Bocah laki-laki berusia lima tahun yang berkulit putih dan bertubuh gemuk itu harus menjalani hari-harinya dalam pasungan di tempat tidurnya.

''Dia terpaksa saya ikat dengan jarik di tempat tidur, karena kalau ikatannya saya lepas, dia akan menyakiti diri sendiri. Tangan kanannya itu sangat hiperaktif. Kalau tidak memukul kepalanya sendiri, kadang menggaruk wajahnya sampai luka. Bahkan daun telinganya pernah terluka sampai hampir putus,'' jelas Ny Desi (28 tahun), ibu dari Chaerul Ihsan,yang tinggal di Desa Tlahab Lor, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jateng.

Bila sedang berada di rumah, Desi akan melepas ikatan pada anaknya. Sebaliknya, setiap berangkat kerja dan meski merasa kasihan, anak itu kembali dipasung lantaran tak adayang mengawasinya di rumah. Suami Desi telah meninggal sekitar 3,5 tahun lalu karena diabet. Setelah ditinggal suami, Desi bekerja serabutan: kadang mengojek, jualan es lilin, atau apa sajayang bisa dikerjakan.

Kerena suaminya sudah meninggal, maka dia harus mencari nafkah sendiri. Desi mengaku, untuk memenuhi kebutuhan anaknya itu, dia bekerja serabutan. Kadang menjadi tukang ojek, kadang berjualan es mambo dengan cara keliling di desanya,

Desi mengisahkan, waktu bayi, anaknya pernah menderita sakit panas, bahkan sampai kejang. "Sempat saya bawa ke Puskesmas, RSUD Purbalingga, RSUD Banyumas, bahkan RSU Sardjito di Yogyakarta,'' jelasnya. Dari hasil pemeriksaan dokter, katanya, ada pembengkakan di bagian kepala anaknya.

Di RSU Sardjito, anaknya itu sempat dioperasi di bagian kepalanya. Setelah itu, anaknya memang sembuh. Namun setelah berumur tiga tahun, tingkat kecerdasan anaknya itu ternyata di bawah rata-rata.

''Meski secara fisik, pertumbuhannya wajar. Namun, tingkat kecerdasannya tidak tumbuh normal. Bahkan sampai sekarang, dia belum bisa berbicara,'' kata Desi.

Tangan kanan Chaerul amat aktif. Kalau tidak memukul kepalanya, kadang mencakar wajah atau bagian tubuh lainnya. ''Saya tidak tahu kenapa. Tapiyang bergerak memukul atau mencakar, pasti tangan kanannya. Sepertinya, dia tidak bisa mengendalikan gerakan tangan kanannya,'' tuturnya.

Desi masih belum bisa membayangkan apa yang harus dia lakukan bila Charul kelak bertambah dewasa. Apakah akan terus dipasung seperti itu atau tidak. ''Mudah-mudahan saja, kelak anak saya tidak menyakiti diri sendiri lagi sehingga tidak perlu dipasung,'' kata Desi.

http://www.republika.co.id

Kamis, 14 Januari 2010

Cerita dari Lukisan bocah lelaki yang menangis

Legenda sekitar lukisan ini adalah sebagai suram . Cerita dimulai sekitar tahun 1985, ketika kebakaran terjadi beberapa tempat dan misterius di seluruh Inggris. Bila puing-puing yang lain terbakar satu-satunya yang tidak terbakar adalah lukisan anak laki-laki dengan air mata di pipi bulatnya setiap api. Semua ini bisa menjadi kebetulan?

Apakah nyata atau tidak Yorkshire fireman sangat kecewa bahwa ia berbicara dengan "Minggu" koran di Inggris. Mereka berlari dia cerita tentang bagaimana segala sesuatu di rumah yang dikonsumsi oleh api kecuali untuk sebuah lukisan yang menangis boy. Terdapat pada waktu itu lebih dari satu dan setiap lukisan sekitar tampaknya memiliki efek yang sama. Rumah dan seluruh isi akan hancur total tetapi lukisan dari anak kecil menangis tidak akan menunjukkan tanda apapun di semua melalui api.

Koran mulai menerima panggilan telepon dari orang-orang di seluruh wilayah yang sama kirim ke cerita tentang anak laki-laki menangis lukisan. Satu orang yang disebut "Minggu" adalah Dora Mann dari Mitcham dan dia telah dipetik sebagai berkata: "Hanya enam bulan setelah saya telah membeli gambar, rumah itu sepenuhnya gutted api. Semua lukisan saya telah hancur, kecuali salah satu anak laki-laki menangis. "Setelah satu bulan mendengar semua cerita, yang" Minggu "pembaca memberi mereka kesempatan untuk membawa anak mereka menangis lukisan dan sepakat untuk memiliki yang sangat besar untuk melemparkan api bon setiap orang yang terkutuk ini jinxed atau lukisan. Semua lukisan yang dibawa ke surat kabar yang sebenarnya dibakar dan semua orang bersukacita.

Namun, cerita pada pergi. Ada laporan dari menangis boy lukisan yang ditemukan di rumah hangus disentuh sejak 1985 dan baru-baru ini sebagai tahun 1988.

Tidak ada seorangpun yang tahu pasti seniman yang mungkin dan di mana ia mendapat ide untuk melukis sebuah potret seorang laki-laki menangis, rumors yang banyak dan cerita masih sekitar. Kenyataannya berhati-hati jika Anda menemukan sebuah lukisan indah yang sedih, anak kecil menangis.

Sumber:www.juandry.blogspot.com

Sabtu, 09 Januari 2010

Kisah Pohon Apel (Memahami cinta kasih seorang Ibu melalui sebuah cerita sederhana)

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.

“Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.

“Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.

“Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”

Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang……… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.”

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.

“Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel.

“Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu.

“Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” “Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.


Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.

“Ayo bermain-main lagi deganku,” kata pohon apel. “Aku sedih,” kata anak lelaki itu. “Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?”

“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.” Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu,” jawab anak lelaki itu.

“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel. “Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu. “Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. “Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki. “Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.” “Oooh, bagus sekali.

Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.” Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.


Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Rabb-ku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku sewaktu kecil.”[QS.al Isra: 23-34]

Kami perintahkan kpd manusia supaya beruntuk baik kpd dua orang ibu bapaknya, ibu mengandung dgn susah payah, dan melahirkan dgn susah payah (pula). Mengandung sampai menyapih ialah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umur sampai empat puluh tahun, ia berdo’a “Ya Rabb-ku, tunjukilah aku untuk menysukuri nikmat Engkau yg telah Engkau berikan kpdku dan kpd kedua orang tuaku dan supaya aku dpt beruntuk amal yg shalih yg Engkau ridlai, berilah kebaikan kpdku dgn (memberi kebaikan) kpd anak cucuku. Sesungguh aku bertaubat kpd Engkau dan sesungguh aku termasuk orang-orang yg berserah diri” Al-Ahqaaf : 15

Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak sahabat dan rekan. Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita

Sumber:http://sejarahrasulullah.blogdetik.com

Selasa, 05 Januari 2010

Kisah raja yang rela menjadi tukang kebun

Ibrahim bin Adham adalah seorang raja yang sangat besar kekuasaannya. Oleh kerana kehidupan yang mewah dan serba cukup tidak membawa ketenangan kepada jiwanya, baginda akhirnya memilih untuk hidup sebagai rakyat biasa dengan mengambil upah sebagai tukang kebun.

Kebun yang dijaga oleh baginda itu ada banyak pokok-pokok delima. Ia menjaga kebun itu dengan patuh dan rajin. Suatu hari datanglah tuan kebun itu dan meminta Ibrahim membawakan sebiji delima yang masak lagi manis kepadanya. Ibrahim pun segera ke pokok-pokok delima untuk mencari buah delima yang paling masak.

Apabila tuannya merasa delima tersebut, air mukanya berubah. Kemudian berkata: "Wahai Ibrahim tolong bawakan kepada aku sebiji delima yang lebih manis." Sekali lagi Ibrahim pergi mencari buah delima yang lain tanpa mengetahiu mengapa tuannya itu menyuruh dia membawakan sebiji lagi. Setelah buah yang diberikan kepada tuannya itu dimakan, dengan sepontan buah itu dibuang oleh tuannya itu.

Oleh kerana terlalu marah sebab buah yang dimakannya itu masih masam, ia pun berkata dengan suara yang keras: "Wahai Ibrahim! Hairan sekali aku melihat engkau. Sudah begini lama engkau menjaga kebunku, tidakkah engkau tahu yang masam dan manis?" Lalu jawab Ibrahim dengan suara yang lemah dan sopan: "Tuan, bukankah saya ini diamanahkan untuk menjaga kebun supaya sentiasa subur dengan buah-buahan, tetapi tuan tidak memberi keizinan kepada saya merasa buahnya." Betapa terkejutnya tuannya itu apabila mendengar jawapan tersebut. Tidak terduga sama sekali akan besarnya sifat amanah yang ada pada tukang kebunnya itu.